Memerankan al-Qur’an dalam Permasalahan Upaya mengahadirkan konsep al-Qur’an dalam menangani sebuah peroblematika
- Senin, 20 September 2021
- Didik Purnomo
- 0 komentar
Prolog
Tak ada manusia yang terlahir sempurna tanpa ada cobaan yang ringan hingga berat. Tuhan pencipta alam semesta beserta isinya melengkapi jalan kehidupanya dengan segala rintangan, cobaan dan ujian berserta solusinya, karena itu yang akan membawa kesebuah pengertian kehidupan dan itulah sebuah kehidupan.
Berbagai macam masalah sering kali berdampingan dengan manusia. Dilain waktu ia bisa mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut, dan terkadang juga masalah mencekik kemampuan dirinya hingga merasa tak sanggup lagi untuk menghadapi dan menyelesaikannya. ia sudah berusaha kesana-kesini mencari solusi, kadang ia rela memberikan semuanya untuk mendapatkan jalan keluarnya, tapi tetap juga masalah belum terselesaikan, masalah satu belum selesai datang lagi masalah baru yang bertubi-tubi, akhirnya ia mulai tidak percaya lagi dengan dirinya sendiri, timbulah bibit setres dan hilang gairah hidupnya.
Saya pernah mendengar dalam sebuah ceramah agama yang diadakan oleh oraganisasi mahasiswa bertemakan rumah tangga Islami. Penceramah menerangkan luas tentang konsep membangun rumah tangga Islami lengkap dengan cara-caranya. Ada satu statement yang masih saya ingat dari perkataan beliau; “ketika suami istri mengahadapi sebuah permasalahan dalam dirinya ataupun dalam rumah tangganya, cobalah untuk membaca al-Qur’an dengan berjama’ah, satu menyimak dan satunya lagi membaca, insya allah permasalahan akan terselesaikan”.
Saya pun mengangguk-anggukan kepala dengan penuh keyakinan apa yang dikatakannya, karena saya mengakui mu’jizat al-Qur’an, tetapi yang masih saya bingungkan dan belum percaya pada waktu itu yaitu, bagaima mungkin bisa, hanya dengan membaca al-Qur’an berjamaah dapat mendatangkan sebuah solusi dari masalahnya.
Satu lagi dalam sebuah metting rutinan bersama teman kampus yang biasanya kami membicarakan tetang membumikan agama dalam kehidupan. Salah satu dari kami melontarkan sebuah masalah yang sedang dihadapi, membuatnya merasakan sedih, resah dan khawatir hingga mengganggu keaktivitas lainya. si A yang kami akui keilmuanya diatas saya, karena ia lebih lama menela’ah kitab-kitab dan usianya yang lebih tua menawarkan sebuah cara solusinya dengan beberapa kata, “Bacalah al-Qur’an dengan baik dan benar dan hadirkan hatimu untuk menyimaknya”. Sikapku sama seperti diparagraf atas, tapi masih saya belum bisa mengerti dengan perkataannya, apakah hanya dengan membaca al-Qur’an dapat memberikan solusi.
Masalah ekonomi, rumah tangga, study, cinta, pekerjaan, kehidupan dan lainya yang sering kali meneror diri kita hingga ia menghatam bertubi-tubi menjadikan perasaan sedih, resah, kesal, khawatir dan tidak bahagia ini akan terus berkepanjangan jika belum ditemukan jalan keluarnya.
Masalah bukan datang dari kita ataupun orang lain, tidak satupun manusia yang mengharapkan masalah hadir pada dirinya. Masalah turun dari Dzat pembuah hidup dan Dia pula yang mempunyai jawabannya.
Boleh lah kita merasakan baikan dan terhibur walaupun masalah masih ada dipunggung, karena solusi buka manusia yang memilikinya. Walaupun usaha mati-matian jikalau jawabanya belum diberikan, tetap belum ada solusinya.
Kita hanya dituntun bagaimana memandang sebuah masalah yang menghadang dalam perjalanan ini. Bukan berarti lepas dari usaha mencari solusi tapi agar bersabar, bergerak dan berserah diri.
Maka dari itu dengan al-Qur’an apakah semua permasalahan bisa dihadapi dan mendatangkan solusi. Yang dapat membuka hati manjadi jernih dan bisa berfikir obyektif dan ataukah perannya menghibur suasana hati.
Kaitanya dalam tulisan ringan ini tidak mengajak kesebuah pemahaman lepas dalam usaha dan kembalikan semua ke al-Qur’an. Perlu difahami bahwa al-Qur’an bukan sebuah jawaban solusi dari permasalah-permasalah manusia, bukan solusi dari masalah rumah tangga, cinta, pekerjaan atapun lainya. tetapi penulis ingin membicarakan bagaimana al-Qur’an ini bertindak dan mengatasi permasalahan manusia yang dihadapinya, ketika ia diselipkan dalam nilai-nilai kehidupan. Boleh jadi al-Qur’an dapat menghibur perasaan dan mendinginkan suasana yang terhimpit oleh hiruk pikuk permasalahan, sehingga ia dapat berfikir jernih dan obyektif akhirnya datanglah sebuah ide jalan keluarnya.
Sekali lagi al-Qur’an bukan sebuah jawaban solusi dari permasalahan yang dihadapi manusia, tetapi ia mempunyai cara, methode dan konsep dalam menangani masalah-masalah yang dihadapinya, baik dari masalah keluarga, pekerjaan, kehidupan dan lainya.
Ia menjelaskan kepada manusia, bagaima seharusnya yang ia lakukan ketika dalam posisi mempunyai masalah, dan bagaima ia bersikap ketika masalah mulai bertubi-tubi menyerang, karena bagaimana pun dengan cara mengaplikasikan konsep dan methode yang ditawarkan oleh al-Qur’an merupan salah satu cara bekomunikasi kepada Dzat penguasa ruang dan waktu.
Dan sejatinya masalah yang sedang dihadapi manusia itu mempersempit ruang nafas berfikir dirinya hingga membuat sudut pandang terfokus dalam sudut saja. Maka itu al-Qur’an berfungsi sebagai pembuka hati yang sedang sempit, melebarkan pandangan fikiran yang sedang ricuh, hingga permasalahan bisa difikir dengan jernih dan obyektif.
Dalam kesempatan kali ini penulis tidak menjelaskan panjang lebar konsep dan cara yang diberikan oleh al-Qur’an untuk menghadapi sebuah problematika kehidupan, tapi ada beberapa point yang sekiranya perlu untuk dibicarakan kaitanya dalam pembahasan kali ini. Dan juga akan diberikan contoh mu’jizat al-Qur’an yang dapat membiaskan pada jiwa manusia sehingga mendapatkan sebuah cahaya terang dalam hati ketika ia dalam sebuah suasana sedih, resah, khawatir dan lelah..
Dari Abu Sa'id Al Khudri ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda: Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfinnan : "Barang siapa yang sibuk membaca Al Qur'an dan dzikir kepada Ku dengan tidak memohon kepada Ku, maka ia Aku beri sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku berikan kepada orang yang minta". Kelebihan firman Allah atas seluruh perkataan seperti kelebihan Allah atas seluruh makhlukNya”
Keistimewaan al-Qur’an
Ia adalah kitab Allah swt yang diturunkan kebumi melalui Rasulullah saw sebagai pedoman hidup manusia. Lebih dari 100% ma’na dan lafadznya tidak dari manusia atau ada penambahan dan pencampuran dari perkataan Rasulullah saw, hingga sampai saat ini sampai akhir nanti al-Qur’an masih orsinil dari Tuhan alam semesta.
Dari sisi ‘ijaznya al-Qur’an adalah sastra yang indah, karena sususan kata, bahasa dan methodenya yang dipakai tidak seperti buatan manusia, Ayat-ayat dalam kitab Al-Qur’an menggunakan bahasa arab dan susunan kalimat-kalimatnya mengandung nilai sastra yang sangat sempurna. Bahasa yang digunakan dalam al-Qur’an sedemikian menakjubkannya sehingga kita tidak akan bisa menemukan ada kitab lain yang bisa menyamai keindahannya, apalagi melebihinya. Doktor Taha Husain, seorang sastrawan Mesir menyatakan, “Al Quran lebih baik daripada prosa dan syair, karena keistimewaan yang dimilikinya tidak bisa ditemukan dalam prosa atau syair manapun. Oleh karena itu, Al Quran tidak bisa disebut sebagai prosa, tidak pula bisa disebut syair. Al Quran adalah Al Quran, dan tidak bisa disamakan dengan apapun.”
Tak ada satu ayat pun, kata, hingga huruf yang dapat tertandingi oleh apapun. Bahkan al-Qur’an sendiri menantang dari golongan manusia, jin dan semuanya agar membuat sesuatu seperti al-Qur’an, tetap ia tak dapat menandingi itu. Itu semua membuktikan al-Qur’an benar-benar dari Dzat maha agung.
Keindahannya prosanya, iramanya dan aspek musikalitas yang dikandung dalam ayat-ayatnya. Sering menjadikan jiwa manusia tersentuh olehnya, memberikan pencerahan dalam fikiran, kesejukan dalam hati dan ketenagan dalam perasaan, tak heran jika manusia sering terinspirasi dan termotivasi karena al-Qur’an.
Hingga dari sisi artinya ia memiliki ma’na yang dalam dan sangat menyetuh sekali ke dalam jiwa perasaan manusia, ketika ia menceritakan tentang alam ghaib, ketika ia bercerita tentang sejarah-sejarah masa lampau, ketika ia membicarakan tentang manusia, alam semesta dan lainya, ia menggunakan cara atau uslub yang indah dan penuh seni, tapi al-Qur’an bukan buku sejarah, buku syair, buku biologi ataupun buku filsafat, al-Qur’an tetap al-Qur’an.
Didalamnya memuat aturan dan pedoman menjalankan kehidupan manusia, mulai dari akidah tauhid, hukum, beretika dan sebagainya. Ia undang-undang yang lengkap mengatur semua urusan manusia baik dari rumah tangga, ekonomi, pekerjaan, bersosial dan beribadah. Dalam memberikan sebuah keputusan hukum ia tidak hanya mempertimbangkan dari satu sisi saja, tapi keadilan dan kebijaksanaan yang ia pakai, tidak hanya akal saja terfocus menjadi pertimbangan, tapi hati dan perasaan juga ikut andil.
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Nahl 89)
Methode yang diberikan tidak mungkin basi dalam dimensi kehidupan apapun, relevan disepanjang masa dan zaman. Ia juga memuat cara berkehidupan dengan alam yang sifatnya berubah. Ia juga memberikan banyak obat, solusi dan juga cara mengatasi permasalahan kehidupan.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa manusia sangat membutuhkan sekali kehadir al-Qur’an disela-sela kehidupanya, agar ia bisa berjalan dalam hidup ini sesuai diridhoi-Nya. Banyak cara gaya yang bisa dipakai manusia untuk menjalankan kehidupanya, ataupun mengatasi semua permasalahanya, akan tetapi terkadang konsep yang dibuat oleh manusia terfocus dan ternilai dari satu sisi saja, hingga terkadang menjadi sengketa yang rumit, karena sesuatu yang diputuskan oleh akal manusia kadang meleset dari tujuan karena ke-egoismenya.
Al-Qur’an memandang sebuah masalah
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (al-Baqarah 213)
Al-Qur’an al-karim adalah risalah tuhan yang diturunkan kebumi melalui perantara Rasulullah saw, untuk manusia sebagai petunjuk dalam kegelapan, pedoman dalam kehidupan dan penerang dalam permasalahan.
Kehidupan manusia berhegemoni tidak luput dari sebuah permasalahan, baik dari masyarakat, rumah tangga, peribadi dan lainya, ketika mereka berusaha mencari sebuah jawaban dan solusi atas masalah yang mereka hadapi, mereka mencoba memecahkanya dengan akal fikiran yang telah dikarunia Tuhan, mengelolah dan memikirkanya, terkadang tidak menumakan sebuah solusi malah semakin rumit permasalahan yang dirasakanya. karena sifat ego dan nafsu pada munusia selalu ikut dalam urusannya agar ia mengikuti caranya dan jauh dari pedoman hidup yang aslinya.
Maka dari sini al-Qur’an menganjurkan agar back to al-Qur’an dalam mengahadapi apapun itu, karena al-Qur’an diturunkan untuk manusia sebagai pedoman kehidupan, baik ketika berjalan mengarungi kehidupan maupun ujian atau permasalahan yang mengahadapangnya. Karena ketika sebuah permasalahan ditangani oleh al-Qur’an, ia akan bersikap adil tanpa ada yang teraniaya maupun disakiti satu sama lain.
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (al-Jastiyah 18)
Sesungguhnya dunia adalah tempat ujian dan beramal. Sedangkan akhirat tempat pertanggung-jawaban dan hisab. Dan selama manusia masih hidup di dunia maka tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan hidup sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran iman seorang hamba Allah. Maka sungguh aneh orang yang ketika mendapat musibah dan kesulitan hidup lalu menggerutu, mencaci sana-sini, bahkan ingin mengakhiri hidupnya. Tidak sadarkah bahwa ia masih di dunia? Sedangkan dunia merupakan tempat ujian dan beramal.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut: 2)
Memang manusia tidak lepas dari permasalahan yang ia hadapi, masalah rumah tangga contohnya, orang tua mengalami kerepotan dalam mendidikan anaknya, bagaima ia harus bersikap kepada sibuah hatinya, dan ia akan semakin setres ketika anak mulai bandel dan tidak patuh lagi padanya. Masalah pekerjaan, masalah ekonomi dan sebagainnya, masalah tiap kali datang dan sering mengahampiri dalam perjalanan hidup ini.
Sehingga, masalah itu terus ada. Namun yang membedakan, adalah cara orang menghadapi masalah tersebut. Ada yang menganggap masalah merupakan ujian dalam rangka naik kelas. Namun, ada juga yang menganggap masalah sebagai balasan akibat kita tak berbuat baik selama ini. Dan, ada juga yang menganggap masalah sebagai tantangan untuk maju.
Bagi mereka yang menganggap masalah sebagai hal positif, mereka menyambut permasalahan dengan perbaikan-perbaikan-baik itu perilaku, ilmu pengetahuan, serta mental dalam menghadapi masalah. Maka ia akan memeperoleh sebuah pengalaman yang berharga dari ujian masalah tersebut dan dari situ ia semakin maju dan berkembang.
Tapi bagi mereka yang menganggap permasalahan adalah sebuah sesuatu yang mengganggu dan negatif, ia akan merasakan grogi, kalut dan bingung bagaimana yang harus ia lakukan, kesana-kesini dengan tergesa-gesa ia ingin cepat mendapatkan solusi, hingga ketika ia tak dapat keluar dari masalah ia merasakan frustasi dan sters.
"Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
(QS. Al-Mulk: 2)
Allah menggabarkan tentang hikmah (kebijaksanaan)-Nya yang sempurna, bahwa Dia tidak akan membiarkan begitu saja orang yang mengatakan "aku seorang mukmin" dan mengaku dirinya telah menyandang predikat iman, tanpa ditimpa fitnah dan ujian yang akan menggoda imannya. Kalau seandainya seperti itu, maka tidak ada bedanya antara orang-orang yang benar dalam beriman dan yang berdusta, yang mukmin sejati dan munafik, yang pengecut dan pemberani.
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (al-Jastiyah 18)
Methode mengahadapi masalah
Mengendalikan suasana hati
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. masuklah ke dalam syurga-Ku”
(al-Fajar 27-30)
Hati yang tenang itu tidak takut, khawatir, kalut dan risau, ia akan tenang dan setabil dengan keadaan apapun diluar. Ia salalu sadar dan waspada dengan sikap dan tindakanya. Ia bisa melihat sebuah kasalahan dan kelemahan pada dirinya. Pandanganya penuh dengan kayakinan. Karna didalamnya ada satu keyakinan yaitu bertawakal, ia menyakini bahwa kejadian yang dihadapinya atas kehendak-Nya, dan ia yakin menjadi hitam putihynya kejadian atas kuasa-Nya.
Seperti yang telah diterangkan di atas, bahwa permasalahan yang sering kali berdatangan pada kita, terkadang membuat perubahan kondisi kejiwaan, membuat sausana hati tidak nyaman dan tenang, sehingga menggagu aktivitas lainya, kadang juga membuat perasaan menajdi kalut, khawatir dan was-was, pada saat itu susana hati sudah tidak setabil dengan yang sebelumnya. Karena permasalahan yang hadir padanya ibaratnya sebuah tekanan dari luar yang membebankan pada fikiran dan tanggung jawab, secara otomatis perasaannya-pun ikut tertekan dengan apa yang dibebankan oleh fikiran.
Dan sesungguhnya permasalahan yang datang dalam hidup menuntut jiwa untuk berlaku kuat dan kebal dengan beban tanggung jawab yang dipikul oleh fikiran, ia dituntut mensatabilkan kondisi jiwa menjadi tenang walau diluar sedang kalut dan ricuh, maka ketika suasana hati menjadi seperti itu, kecil kemungkinan fikiran dapat memperoleh ide dan gagasan yang cemerlang agar ia bisa menemuka jalan keluarnya.
Dibagain ini akan membicarakan bagaimana cara menciptakan suasana hati yang tenang dan tidak terbawa oleh suasana permasalahan, sehingga kejernihan fikiran akan segera membawa sebuah titik temun jawaban.
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (al-Isra’ 82)
Maka dari ayat di atas ditegaskan bahwa al-Qur’an berfungsi sebagai obat penawaran utuk jiwa, ruh dan hati, agar menjadikan semuanya jadi tenang dan terbuka dengan cahaya sepirit baru. melalui sajak irama ketika dilantunkan al-Qur’an ia dapat menentramkan hati dalam kesejukan.
Dalam sebuah penelitian, bahwa ketika al-Qur’an dibaca dengan aturan tajwid dan tartil, iramanya dapat menghiasi suasana hati. Bacaan tartil yang pelan dan penuh sajak-sajak indah juga dapat menstabilkan tekanan tinggi pada jatung.
Dengan bukti diatas bisa diambil sebuah cara untuk menstabilkan keadaan diri dengan membaca al-Qur’an secara baik dan benar atau dengan mendengarkanya. Lebih-lebih ketika diringi dengan penghayatan ayat makna yang terkadung didalamnya akan membuat semakin menancap dalam hati arti yang dibawanya.
Dalam kehidupan pastinya banyak tujuan yang dinginkan, harapan dan cita-cita, perjalanan menuju itu semua tak seperti jalan tol yang tanpa ritangan dan cobaan, ujian dan cobaa tersebut adalah proses penrasferan diri kesebuah lingkungan yang akan ia tempati, jika ia dapat melalui dengan baik maka ia telah menempati tempat kehidupan bertambah menantang dan iapun juga semakin kuat lalu berkembang dengan beriringnya kehidupan yang selalu berubah.
Ketika masalah mulai datang, menekan dan membebani, hanya satu kata yang bisa menjadikan tetap tegak dan maju yaitu bersikap sabar. Memang sabar tak semudah diucapkan dengan lidah, tapi itu memang ada dan selalu yakin ia pasti akan menjadi tiang untuk tetap berjalan tegap menghadapi sebuah permasalahan. Karena ketika kesabaran ini sudah terpakai dan tertancap untuk mengahadapi rintangan dan cobaan hidup, jiwanya akan bertambah menjadi kuat, kuat untuk maju berkembang dan tak muda untuk putus asa.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.” (al-Baqarah 45)
Disamping cara diatas, al-Qur’an mengajak pada manusia agar berlaku sabar, karena manfaatnya sangat besar dalam mendidikan nafs dan membuat jiwa menjadi kuat. sabar bukan berarti ia pasrah dan tak bergerak sama sekali. Sesungguhnya peran sabar ini ketika difungsikan dalam menghadapi permasalahan, ia mencoba untuk menekan dan mengendalikan sifat nafsu yang ingin selalu terburu-buru untuk berbuat dengan ke-egoanya, dengan sabar ia akan terkontrol dan terarah kemana seharusnya ia berjalan.
“Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (al-Anfal 65)
Menggerakan fikiran
Berikutnya yaitu bergerak berusaha untuk mencari jalan solusinya. Tidak ada ceritanya untuk memperoleh sebuah sesuatu yang diharapkan bisa berhasil tanpa ada usaha dan upaya. begitupun juga dalam mencari sebuah solusi dalam problematika kehidupan yang ia jalani, tanpa ada upaya dan usaha ia pasti tidak akan mendapatkan jalan keluarnya.
Setelah keadaan jiwa merasa tenang dan nyaman walaupun problematika masih mengejar-ngejar, saatnya fikiran mulai digerakan mengotak-ngatik dan mengelolah sebuah masalah, kejernihan hati telah mempengaruhi keobyektifan otak berfikir, ia akan memperoleh pandangan dari sudut manapun, karena kejiwaanya sudah tidak dipengaruhi oleh emosional, inilah yang dinamakan pengendalian emotional jiwa.
“dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya” (al-Isra’ 46)
Cara fikiran mengatasi masalah :
Langkah yang pertama
Fikiran memulai untuk berfikir ketika ia sedang merasakan ada peroblematika yang sedang mengancamnya. Disni penting sekali sikap sensitif perasaan terhadap lingkungan agar fikiran bisa merespon problematika. Dengan begitu fikiran akan mengelolah dan berusaha untuk menolak problomatika tersebut dengan cara berfikir mencari solusinya.
pada umumnya permasalahan yang sering kali diselesaikan oleh manusia itu lebih sering memakai cara lama yang untuk menyelesaikanya. Bersasarkan pengelaman-pengalaman yang pernah didapat itu berpengaruh pada bagaimana ia menyelasaikan itu semua. Sedangkan setiap permasalahan yang dihapi tidak selamanya sama seperti yang ia alami, ini mengakibatkan kemandekan untuk memperoleh sebuah jawaban, seharusnya ia juga selalu mengupdate cara ia berurusan dalam permasalahan.
Langkah yang kedua
Ketika ia telah merasakan permasalahan yang sudah mengahadang di depanya, maka ia mulai memperoses dan memeriksa tema problematika seperti apa yang sedang dihadapinya dari segala sudut hingga ia bisa mengetahui dan memahami dengan baik. Setelah itu ia akan mengumpulkan semua informasi dan keterangan yang beruhubungan denganya supaya ia bisa mengetahui seberapa besar permasalahan yang diterima dan seberapa tinggi derajat masalah yang akan diselesaikan. Setalah ia bisa memahami dengan baik dan mengetahui permalahan apa dan bagaimana yang dihadapinya maka selanjutnya ia akan memfocuskan untuk menyelesaikanya.
Sesungguhnya informasi dan keterangan yang berkenaan dengan masalah tersebut mempengaruhi ia dalam menyelesaikan masalah tersebut, ia juga membantu untuk memeriksa identitas dan status problematika tersebut, dan tentunya mempengaruhi cara menyelesaikanya juga.
Langkah yang ketiga
Dan ketika fikiran sudah mengetahui semuanya tersebut, selanjutnya ia mengambil tindakan solusi seperti apa yang sesuai digunakan untuk problematika tersebut, sebelumnya ia akan mempertimbangkan dulu bagaimana dari sudut-sudut lain masalah ini dipandang dan kedepan hasil kemaslahatannya seperti apa, ia juga akan mendiskusikan dengan hati nur-ani bagaimana naluri manusia pada umumnya setelah menerima solusi ini, dan semua ini juga tentunya sesuai degan informasi-informasi dan keterangan yang dipunyainya.
Ketika sudah memperoleh hasil keputusan pertimbangan dari sudut manapun dan diskusi dengan hati nurani, maka selanjutnya ia mengambil keputusan untuk memilih dan memakai solusi yang sudah disepakati dan timbang-timbang, akhirnya ia memeperoleh solusinya yang yakin kemaslahatanya dan mantab.
Itulah tadi cara yang dimasuk bergerak untuk menggerakan fikiran agar mengelolah dan menganalisis problematika yang dihadapinya. Itu juga tergantung dan sesuai dengan kecerdasan informasi yang didapatnya dan itu juga memepengaruhi yang dalam memberikan solusi. Yang perlu digaris bawahai bahwa cara atau methode lama kadang juga tidak sesuai dengan masalah sekarang yang dihadapinya, ia membutuhkan cara dan methode yang baru untuk menghadapi itu semua yaitu dengan memperbanyak wawasan dan keterangan.
“atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (al-Furqan 44)
Epilog
ketika ia sudah tesibukan dengan urusan tujuan harapan dan cita-citanya, ketika sibuk dengan cara dan jalan mencari sebuah solusi jalan keluarnya dan ketika itu pula sebenarnya ia membutuhkan sebuah konsep dan cara untuk melakukan itu semua.
Al-Qur’an yang memberikan konsep aturan hidup dan pedoman dalam berjalanan kehidupan hingga cara mengatasi problematika itu akan bisa bermanfaat dengan menyakini al-Qur’an dan mau mefungsikanya dalam nilai-nilai kehidupan.
Kesabaran dan ketenangan adalah proses penenangan sauasana hati dalam menghadapi sebuah masalah yang sering kali menjadikan jiwa risau dan khawatir, itu adalah salah satu cara kecil yang diberikan oleh al-Qur’an untuk mengatasi problematika dan dilanjutkan dengan usaha bergerak yaitu dengan mangaktifkan otak yang telah dikarunia sejuta keistimewaan untuk memfungsikanya. Masih banyak lagi methode dan rahasia dalam al-Qur’an yang masih diketahui.
Untuk itu dipenghujung tulisan yang sederhana ini, masih banyak kekurangan dan kesalahan, agar datangnya saran dan keritik bisa selalu berpacu mengkaji terus isi al-Qur’an. Dan juga semoga dengan usaha ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan lainya. Al-Qur’an tidak akan gugur dimakan masa dan jatuh dalam zaman. Ia akan terus relevan dan menjawab kebutuhan manusia disepanjang masanya.