Dzikrullah
- Senin, 11 November 2019
- Didik Purnomo
- 0 komentar
Disana yang bisa mengangkat makhluk menjadi tinggi mulia yaitu hanya dengan dzikrullah. Bertasbihnya makhluk kepada sang khalik merupakan jalan komunikasi yang bisa mengangkatnya keposisi tinggi.
Seperti Nabi dan Rasul yang selalu mengingat dan bertasbih kepada-Nya, hingga burung dan gunung ikut mengamini dan bertasbih bersamanya.
“dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.” (al-Ambiya’ 79)
Ketika Nabi Daud as duduk dan bertasbih memuliakan Allah swt dengan melantunkan ayat-ayat al-Qur’an, tiba-tiba alam menjadi telanjang, udara menjadi membeku hingga terbuka perutnya karena atas kemulian-Nya.
Ini membuktikan bahwa alam semesta semuanya, gunung, pepohonan dan burung mengenal Dzat maha mulia, menundukan diri bersujud, bertasbih dan berdzikir. Hanya saja cara mereka untuk mensucikan dzat maha agung tidak seperti yang dilakukan oleh manusia. Mereka mempunyai cara dan bahasa sendiri untuk mengaktualisasikan wujud mereka.
“Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada Nya.” (ar-Rahman 6)
“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.” (ar-Ra’du 13)
Allah swt menciptakan makhluk hidup yang berbeda-beda hakikatnya, jenisnya dan macamnya-pun berbeda dengan lainya. gunung yang kokoh nan tinggi berbentuk batu keras ia termasuk unsur padat. Burung yang bisa terbang kesana-kesini dengan kedua sayapnya ia termasuk makhluk-Nya yang berjenis hidup. halilintar yang mempunyai kekuatan bermuatan listrik dan lainya sebaginya. Mereka berkumpul dalam satu titik yang agung yaitu bertasbih.
Inilah rahasia yang hanya diketahui oleh-Nya saja, bahwa mereka juga bertasbih dan mengenal dzat maha Esa. Hanya dengan iman pada-Nya dan iman pada al-Qur’an yang merupakan salah satu buktu tertulis bahwa mereka ada dan berdzikir.
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (al-Isra’ 44).
Ayat diatas menggambarkan dengan jelas bahwa disana masih bermilyaran makhluk Allah yang berbeda-beda dan bermacam-macam jenisnya hingga makhluk yang padat-pun ikut serta dalam irama bertasbih dan berdzikir dengan cara mereka masing-masing.
Tidak ada sesuatu dialam ini menjadi mulia dan tinggi kecuali ia bersujud, bertasbih dan berdzikir kepada Allah swt. Bukan karena ia manusia makhluk yang sempurna dalam penciptaanya dan bukan karena ia malaikat yang tidak punya nafsu mungkar, karena dzat-Nya yang mulia membuat semua makhluk bertekuk lutut.
Allah swt memerintahkan hamba-Nya untuk beriman dan berdzikir kepada-Nya, bukan karena Allah swt membutuhkan tasbih dan dzikir dari hamba-Nya, tapi salah satu jalan untuk menghubungkan makhluk dengan sang khalik yang dapat terjalin koneksi hingga menjadikanya mulia disisi-Nya yaitu dengan berdzikir kepada-Nya, yang itulah nanti akan mengantar dia ketempat kesuksesan.
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”(al-Ahzab 41)
Bahwa bertasbih merupakan salah satu bentuk mengingat atau berdzikir kepada-Nya. ia lebih mencakup dan lebih umum dari pada berfikir, karena ia yang mengemudi berfikir.
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (al-Imran 191)
Dari ayat-ayat al-Qur’an diatas sesungguhnya apa maksud dari ini semuanya.
Apa maksud arti berdzikir ?,
Dan kenapa Allah swt memerintahkan orang beriman agar banyak berdzikir, bukankan cukup ia sudah beriman kepada-Nya ??!.
Bentuk aktivitas berdzikir tidak seperti yang pernah dilakukan orang samiri pada masa Nabi Musa as, mereka membentuk barisan, menari-nari dengan memukul alat bunyi. Sesungguhnya berdzikir jauh dari ritual seperti itu. Walaupun bentuk berdzikir dapat diaktualisasikan berupa aktivias yang bermacam-macam, tapi bukan berarti seperti yang pernah dilakukan oleh orang jahili pada masa dulu. Islam dengan seperangkat sumber wacana yang telah ada, memberikan cara dan adab dalam berdzikir.
Dan sesungguhnya bentuk ukuran yang standart dalam berdzikir kepada-Nya yaitu melafadzkan asma’ul husna dengan lisan, memikirkan kegungan-Nya dan menghadirkan rasa dalam hati. Disana juga ada macam-macam bentuk yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan wujud berdzikir, yaitu dengan menunaikan semua apa yang diperintahkan-Nya dan menghindari semua apa yang telah dilarang-Nya yang berupa ketaatan dalam beragama. Dan juga menterjemah semua ajaran yang telah tergambar dalam al-Qur’an kedalam nilai kehidupan sehari-hari, baik berupa prilaku tiap hari, pekerjaan atau aktivitas yang lainya, hingga tiap gerak aktivas mengandung unsur berdzikir hanya kepada-Nya ini dilakukan.
Berdzikir juga mempunyai pengertian bahwa manusia mengetahui dan menyakini sesungguhnya dirinya sedang dilihat oleh Dzat maha agung. Dan pada posisi seperti itu pula ia sedang dalam keadaan hidup, ia menghidupkan tali koneksi kepada sang Khalik, mencoba untuk berkomunikasi dan mendekatkan diri, karena Allah swt Hayyu al-Qayyum. Berkomunikasi dengan-Nya berarti membuat kehidupan pada diri sendiri yang sebenarnya hidup.
Seperti yang pernah dikatakan oleh Rasulullah saw “Perumpamaan orang yang mengingat Allah swt dan orang yang tidak mengingat-Nya, seperti hidup dan mati”.
Begitulah Rasulullah saw menggambarkan manusia yang sedang berdzikir kepada Allah swt, ia menjadi hidup ditengah-tengah kehidupan, menyalah disela-sela pasir putih dan menghangatkan sekitarnya, itulah hakikat yakiniyah yang ia rasakan. Dan adapun orang yang memutus tali hubung antara dirinya dengan Allah swt dengan tidak berdzikir, maka sesungguhnya ia telah memutuskan tali kehidupan yang sebenarnya, cahaya kehidupan dalam dirinya tidak menyalah, redup hingga mati tersesat.
Berdzikir adalah ibadah kepada Allah swt berupa sholat, puasa, haji, jihad dan zakat. Disana tidak ada yang mulia diatas kemuliaan dzikir, dan tidak ada derajat diatas derajat hanya dengan menghadirkan kemuliaan dan keagungan-Nya dalam hati, bersujud karena keagungan-Nya serta berserah diri atas perkara kepada-Nya.
Berdzikir adalah mencintai Allah swt dan tidak ada derajat diatasnya kecuali cinta kepada-Nya. Dan inilah yang dimaksud dengan pengertian berdzikir kepada Allah swt, ia mengingat kepada Allah swt sama seperti ia sedang memahami arti kehidupan yang sebenarnya, tenggelam dalam ilmu kebenaran.
Syekh Abdul Halim Mahmud menjelaskan arti dari surah al-baqarah ayat 152 -
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
“ingatlah kamu kepada-Ku” dalam ayat ini beliau memberikan arti yaitu tunduk-kanlah diri karena kemuliaan Allah swt.
“niscaya Aku ingat pula kepadamu” beliau memberikan arti Aku akan membuka satir hijab darimu sekalian dan menghujani rahmat, cinta dan ihsan yang melimpah ruah.
Demikian tadi berkenaan dengan makna arti berdzikir. Adapun macamnya ulama membagi menjadi dua bagian; yaitu dzikir dengan lisan dan dzikir dengan hati.
Adapun berdzikir dengan lisan adalah salah satu cara sampainya dzikir tersebut menembus terus kedalam hati.
Imam al-Qusyairi berkata : “apabila seorang hamba yang telah bisa berdzikir dengan lisan dan hatinya, maka ia telah menjadi insan yang kamil dalam sifat, keadaan dan etikanya”.
Masih dalam ruangan yang sama, disana sebagian ulama juga menambahi berdikir tidak hanya dengan lisan ataupun hati, melainkan disana ada juga dzikir bil amal, yaitu berdzikir dengan amal kebaikan, seperti melakukan perbuatan kebaikan, berjihad, berdakwah dan sebagainya yang telah Allah swt gambarkan dalam al-Qur’an dan sunnah.
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!." (an-Nisa’ 75)
Dari sini salah satu wujud kejelasan bahwa Allah swt tidak mengikat bedzikir dalam satu cara saja, melainkan dengan cara lain Allah swt akan mengetahui ia sedang berkomunikasi dengan-Nya. Dan asli dari berdzikir yaitu ia bisa membiaskan dzikirnya dalam nilai-nilai kehidupan, dan pada nantinya orang disekitar akan ikut merasakan bias manfaat dari orang yang berdzikir tersbut, karena ia telah berdzikir dengan amalnya, seperti menjaga untuk kebaikan manusia, bertanggung jawab dan lainya.
Dan selanjutnya maksud dari Allah swt perintahkan kepada orang mu’min agar banyak-banyak berdzikir kepadanya yaitu agar ia sukses dalam kehidupanya.
Hal ini mengartikan bahwa banyak-banyak berdzikir termasuk dalam katagori bedzikir dengan aktivitas sehari-sehari, yang didalamnya selalu ada nilai-nilai agam islam yang mewarnai dan menghiasi karena Allah swt.
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (al-Jum’ah 9-10).
Dalam ayat diatas ada tiga unsur berdzikir yang Allah swt sampaikan pada orang mu’min, agar pada akhirnya ia akan memperoleh kesuksesan di dunia hingga di akhirat.
Pada segmen yang pertama Allah swt memerintahkan untuk menunaikan ibadah sholat, dan sedangkan ibadah sholat termasuk aktivitas berdzikir dengan hati dan lisan. Disini seorang hamba diperintahkan agar menundukan dan menyerahkan semua urusan serta
perkara kepada-Nya, ia berdo’a dan bertasbih kepada-Nya.
Pada segemen berikutnya, Allah swt memerintahkan agar bekerja dan bermuamalah setelah menunaikan ibadah sholat, dalam kondisi ini juga Allah swt memerintahkan pula agar selalu berdzikir dalam setiap aktivias sehari-hari, supaya ia mendapatkan keberuntungan atau kesuksesan di dunia hingga pada akhirat nanti.
(Disadur dalam kitab Allah fil Aqidah al-Islâmiyah Risâlah Jadîdah fi Tauhid, oleh Ahmad Bahjat, Muasas al-Ahram, cet 4 1996)